HIDUP TU BELAJAR.....

Senin, 06 September 2010 | Angel_Sibarani

Ya, BELAJAR. Bukan, jangan anggap ini sekedar duduk di bangku sekolah dan mendengarkan banyak hal. Lebih dari itu.

Setiap detik dalam hidup kita, kita belajar.

Setiap bergerak, beraksi atau melakukan apapun, kita belajar.

Setiap melihat, mendengar dan merasakan sesuatu, kita belajar.

Dari setiap peristiwa, kita belajar.

Hari ini saya belajar banyak hal. Dari sebuah peristiwa, saya mengingat kembali peristiwa-peristiwa serupa di waktu yang lampau. Betapa semua hal memiliki jalannya sendiri-sendiri. Bahwasegala sesuatu tidak selalu sejalan dengan keinginan kita.

Sebuah percakapan yang cukup panjang memaksa saya untuk mengingat kembali sejarah hidup saya. Mengenai apa yang sudah saya lakukan di bumi ini. Mengenai apa yang sudah saya berikan pada bumi ini. Dan tentunya pada lingkungan di sekitar saya.

Itu bukan sekedar percakapan, tetapi juga penjelasan. Tak hanya penjelasan, tetapi juga argument. Tak hanya argument, tapi juga ungkapan kekecewaan. Salah paham yang membawa saya memikirkan kembali perjalanan panjang yang saya tempuh untuk sampai ke titik ini.

Banyak yang menarik dari percakapan itu. Bukan, itu bukan sekedar isi percakapan itu. Tetapi lebih dalam lagi. Kesimpulan yang bisa ditarik dari percakapan itulah yang menarik.

Betapa manusia, sedekat apapun hubungannya dengan manusia lainnya, tetap tidak bisa sepenuhnya memahami maksud satu sama lain. Saya selalu berharap dapat memahami orang lain. Saya berharap, dengan memahami orang lain, saya bisa menempatkan diri dengan baik dengan mereka. Saya berusaha beradaptasi dengan orang lain. Saya berharap, dengan memahami orang lain, mereka pun akan berusaha memahami saya. Dengan begitu, kehidupan akan berjalan dengan selaras bukan ?

Sayangnya ekspektasi saya terlalu tinggi. Memang, tidak ada seorangpun yang sepenuhnya memahami orang lain. Karena sebenarnya tidak ada seorangpun yang bisa memahami dirinya sendiri sepenuhnya. Ada sisi-sisi tersembunyi dalam diri seseorang.

Dan bukan hal yang mudah untuk memahaminya.

Lamanya waktu perkenalan tidak menjamin besarnya tingkat pemahaman seorang dengan yang lainnya. Ada yang baru mengenal dalam hitungan menit, namun serasa kenal ratusan tahun. Sebaliknya, ada yang mengenal selama tahunan, namun belum tentu memahami satu sama lain. Intensitas dan kualitas pertemuan menjadi salah satu faktor penentu.

Saya mengenalnya dalam hitungan tahun, dan saya kira saya memahaminya. Ternyata tidak. Saya tidak memahaminya dengan cukup baik. Buktinya, saya tidak mengetahui bahwa ternyata dia tidak memahami saya dengan baik atau setidaknya sebanyak saya memahami dia. Dan saya cukup kecewa dengan hal itu. Saya kecewa ia tidak memahami maksud baik saya. Saya kecewa dia tidak mengatakan yang sebenarnya kepada saya. Saya kecewa dia salah menangkap kata-kata saya. Saya kecewa dia berkata semua baik-baik saja ketika sesungguhnya tidak baik-baik saja.

Saya rasa, saya mengenal dia. Saya rasa saya memahaminya. Keinginannya yang kuat, semangat bekerja keras dan kecerdasannya. Saya tahu makanan kesukaannya. Saya tahu sifatnya yang supel, sabar, tidak suka berkonflik. Saya tahu kisah percintaan dan karirnya. Saya rasa, dari 365 hari dalam setahun, lebih dari 250 hari saya melihat dia. Melakukan aktivitas bersama. Terkadang berbagi canda, tawa dan mungkin sedikit kesedihan.

Saya pikir saya mengenalnya dengan baik. Tapi dari percakapan terakhir saya dengannya, saya baru mengetahui kesalahan terbesar saya. Yaitu membiarkan otak saya berpikir semau saya, sesuai dengan sudut pandang dan keinginan saya.

Saya mengira saya memahaminya dengan baik. Tidak sepenuhnya benar. Saya tidak memahami mengapa dirinya tidak memahami saya. Mengapa ia tidak mengetahui kebiasaan saya saat saya marah. Ketika marah, saya cenderung diam dan menahan emosi hingga tumpah air mata. Cara bicara saya memang keras, nada tinggi dan seringkali ketus. Saya memang bukan orang yang bisa berbicara berbunga-bunga, meski kerap kali bicara berputar-putar hingga orang lain tidak memahami maksud daya. Saya memang keras kepala. Saya tahu sifat jelek saya itu dan berusaha menerimanya. Memperbaikinya ? saya sudah berusaha untuk itu, meski sulit. Ya, sulit.

Saya tidak memahami mengapa dia tidak mengetahui sifat jelek saya itu. Hal yang membuatnya semakin salah paham dengan saya dan pada akhirnya membuat saya kecewa dengan diri saya sendiri. Kecewa karena ternyata saya sudah sok tahu memahaminya. Kecewa karena ternyata selama ini segala sesuatu tidak berjalan sesuai apa yang saya pahami.

Saya memutar kembali ingatan lama saya.saya semakin terpuruk dengan kenyataan bahwa saya belum mampu menjalani hidup saya dengan baik. Saya belum bisa memberi warna dalam hidup. Entah mengapa, saya tidak bisa menyampaikan maksud saya dengan baik kepada orang lain. Orang lain seringkali salah paham dengan saya. Apakah salah saya jika saya terlahir dengan wajah yang tidak ramah, suara bernada tinggi, bawel, tidak memiliki IQ yang tinggi dan bukan berasal dari keluarga kaya ?

Kenapa orang lebih sering berpikir negative kepada saya ? karena saya tidak cantik ? karena saya tidak pintar ? atau karena saya tidak kaya ?

Percakapan singkat saya dengannya membawa saya pada ingatan masa lalu. Betapa seringnya orang menyakiti saya tanpa sadar. Saya memang keras dan selalu berusaha menunjukkan pada orang lain bahwa saya baik-baik saja. Bahwa saya hidup dengan baik dan bahagia. Tapi mereka tidak memahami bahwa saya melakukan itu untuk bertahan, dan untuk mereka.

saya berharap orang lain seperti saya. Itu salah. Harapan kosong. Tidak semua orang mau memahami yang lainnya. Tidak semua orang mau mengerti kesusahan yang lainnya.

Saya kecewa. Karena saya sudah membuat sebuah kesalahpahaman. Karena saya terlalu banyak berharap. Karena saya salah berpikir bahwa dia mengenal saya. Salah berpikir bahwa dia memahami saya.

Hari ini saya belajar. Belajar banyak hal dari sebuah percakapan. Bahwa tidak semua hal sejalan dengan pemikiran saya. Bahwa orang lain belum tentu memahami saya seperti saya memahami mereka. Bahwa segala sesuatu yang terlihat mata hanyalah permukaan saja.

Saya kecewa dengan segala yang terjadi hari ini. Tapi saya bersyukur saya bisa belajar.

Tags: | 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar